TpO6TfClGSdiGfC8Tpz0TSd7GA==

TPL Dituding Rampas Tanah Adat, Gubernur Bobby Nasution Disorot: Rakyat Batak Bangkit Lawan Penindasan Korporasi!


BahriNetwork.com | Medan — Ratusan massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Batak Gerakan Tutup Toba Pulp Lestari (TPL) memadati halaman Kantor Gubernur Sumatera Utara, Jalan Pangeran Diponegoro, Medan, Senin (10/11/2025). Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan teriakan perlawanan terhadap korporasi yang dituding telah merampas tanah adat dan menindas rakyat di Tano Batak.

Dalam aksi itu, massa membawa poster bertuliskan “Tanah Leluhur Bukan Untuk Dijual”, “Tutup TPL Sekarang!”, hingga “Gubernur Jangan Bungkam!”
Suasana panas tak terhindarkan ketika orator memekikkan seruan bahwa PT Toba Pulp Lestari (TPL) telah lama menjadi simbol penderitaan masyarakat adat di Sumatera Utara.

“TPL bukan lagi perusahaan produksi, tapi mesin penindasan rakyat! Mereka rampas tanah, rusak hutan, dan penjarakan warga yang berani melawan,” teriak seorang orator dengan nada tajam.


Aliansi ini dihimpun dari berbagai kelompok, antara lain Horas Bangso Batak (HBB), Lamtoras Sihaporas, KSPPM, AMAN Tano Batak, Generasi Muda Batak, Naposo Angkola, dan Masyarakat Batak Bersatu. Mereka menuntut Gubernur Sumut Bobby Nasution segera mengambil langkah tegas: Tutup TPL dan hentikan kriminalisasi terhadap masyarakat adat.

Agus Halawa, SH, kuasa hukum masyarakat Tapanuli Selatan, mengungkapkan fakta mencengangkan di hadapan massa. Ia menyebut beberapa warga sudah ditahan atas laporan sepihak pihak perusahaan.

“Warga yang mempertahankan tanahnya dituduh melawan hukum. Ini bentuk nyata kolusi kekuasaan dan modal! Sampai kapan pemerintah tutup mata?” serunya lantang.

Menurut Agus, tindakan PT TPL sudah melampaui batas kemanusiaan. Perusahaan dinilai menjalankan operasi dengan cara-cara intimidatif, melibatkan aparat keamanan, dan menindas masyarakat yang menolak.


Massa kemudian menyerukan agar Bobby Nasution turun langsung menemui rakyatnya, bukan sekadar mendengar laporan di ruang berpendingin. Namun hingga aksi berakhir, sang gubernur tak kunjung muncul.

"Gubernur Sumut seharusnya berdiri di barisan rakyat, bukan bersembunyi di balik dinding kekuasaan. Diamnya Bobby berarti berpihak kepada penindas,” ujar salah satu aktivis dengan suara penuh amarah.

Aksi damai itu menjadi babak baru perlawanan rakyat Batak terhadap kekuatan modal yang dinilai menggerogoti hak-hak adat. Di balik teriakan “Tutup TPL”, tersimpan pesan yang lebih dalam: rakyat menuntut keadilan yang sudah lama dirampas.

“Jika negara gagal melindungi rakyatnya, maka rakyat sendirilah yang akan berdiri menegakkan keadilan,” tutup Agus Halawa, SH., disambut gemuruh tepuk tangan massa.


Reporter: Mhd. Zulfahri Tanjung
Editor: Zulkarnain Idrus

Komentar0

Type above and press Enter to search.