
BahriNetwork.id | Jakarta, 3 November 2025 —
Ledakan kemarahan massa meletup di depan Mabes Polri, Jakarta. Senin (3/11/2025), ratusan mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa dan Pemuda Langkat–Binjai (PMPLB) turun ke jalan, menyerukan ultimatum keras terhadap penegak hukum. Mereka menuding Polres Binjai diduga “main mata” dengan jaringan bandar narkoba dan menuntut Presiden RI serta Kapolri segera turun tangan menertibkan aparat yang dianggap gagal dan terlibat.
“Kita sudah muak! Polres Binjai bukan lagi benteng hukum, tapi benteng pelindung bagi bandar narkoba! Kalau Kapolri diam, rakyat akan bergerak!” teriak Billy, koordinator aksi, di tengah dentuman toa dan kobaran api poster.

Blue Nigh: Diskotik yang Jadi Simbol Pembangkangan Hukum
Aksi ini dipicu oleh berdirinya kembali Diskotik Blue Nigh, yang disebut massa sebagai “sarang narkoba berkedok hiburan”. Ironisnya, bangunan megah tersebut berdiri kembali tak lama setelah Diskotik Blue Star—pendahulunya—dibongkar langsung oleh Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution pada 14 Agustus 2025.
Namun kini, dalam dua bulan saja, Blue Nigh kembali beroperasi secara terang-terangan, bahkan lebih glamor dari sebelumnya. Dalam peresmiannya, tragedi pun terjadi: seorang pemuda bernama Rivaldi tewas diduga akibat overdosis. Fakta ini menambah bara kemarahan publik.
“Tragedi Rivaldi bukan kecelakaan, tapi hasil pembiaran aparat! Ada yang bermain di belakang layar — dan semua orang tahu siapa mereka,” ujar Billy dengan nada bergetar menahan marah.

Polres Binjai Diduga ‘Main Mata’
Menurut data investigasi BahriNetwork.id, sumber internal di lapangan menyebut aktivitas Diskotik Blue Nigh dan peredaran narkoba di sekitarnya berlangsung dengan sepengetahuan oknum aparat. Beberapa nama anggota Polres Binjai bahkan disebut sering nongkrong dan mengamankan lokasi, bukan menindak.
“Kami punya bukti rekam dan laporan saksi! Oknum Polres justru menjaga tempat maksiat itu, bukan membongkarnya. Ini permainan kotor dan harus dibongkar Kapolri!” tegas Billy di hadapan awak media.
Sumber lain menambahkan, setiap kali warga mencoba melaporkan aktivitas mencurigakan, laporan itu menguap tanpa tindak lanjut. Bahkan, disebut-sebut ada “setoran rutin” yang mengalir ke beberapa pejabat di wilayah hukum Polres Binjai.

Tuntutan yang Menggelegar
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan di depan Mabes Polri, PMPLB menegaskan empat tuntutan tegas:
1. Copot seluruh pejabat Polres Binjai yang terindikasi bersekongkol dengan bandar narkoba.
2. Runtuhkan permanen Diskotik Blue Nigh yang menjadi simbol pembangkangan hukum.
3. Tangkap dan adili pengusaha berinisial “S” beserta istrinya, yang diduga menjadi otak jaringan narkoba dan perjudian.
4. Lakukan audit dan bersihkan seluruh jaringan aparat yang menerima setoran gelap dari bisnis haram.

Binjai: Kota Kecil, Luka Besar
Data Kejaksaan tahun 2022 mencatat, Binjai menjadi kota kecil dengan peredaran narkoba tertinggi di Sumatera Utara. Ironisnya, kota ini dikelilingi kekuatan bersenjata: Brimob, Kodim, Batalyon Raider, Arhanud, BNN, dan Polres, tapi justru narkoba berkembang seperti jamur di musim hujan.
“Kekuatan sebesar itu tak bisa memberantas narkoba? Jawabannya cuma satu: karena ada yang menikmati hasilnya,” ucap Billy disambut teriakan massa, “Copot Kapolres! Bersihkan Binjai!”

Aksi Mencekam di Depan Mabes Polri
Massa membawa spanduk besar bertuliskan:
“POLRES BINJAI BERMAIN, RAKYAT TIDAK AKAN DIAM!”
“BLUE NIGH = MARKAS BANDAR NARKOBA!”
Asap dari pembakaran ban menyelimuti udara, sementara barisan mahasiswa menabuh tong kosong sebagai simbol kebobrokan aparat. Situasi sempat memanas ketika massa mencoba mendorong barikade polisi, namun berhasil diredam oleh koordinator aksi.
“Kami akan kembali dengan jumlah lebih besar jika Polri tak segera bertindak. Jangan uji kesabaran rakyat! Blue Nigh harus runtuh, dan oknum Polres Binjai harus ditumbangkan!” teriak Billy sebelum menutup aksi.
Kesimpulan
Gelombang protes ini bukan sekadar demonstrasi, tapi peringatan keras dari generasi muda Sumatera Utara. Di bawah terik matahari dan dentuman orasi, mereka mengirim pesan jelas:
“Jika hukum tidur, rakyat akan membangunkannya — bahkan dengan teriakan yang mengguncang istana.”
(Tim Investigasi BahriNetwork.id – Jakarta)
Komentar0