
BahriNetwork.com | Aceh — Di atas tanah yang diberkahi sumber daya alam melimpah, rakyat Aceh justru masih hidup dalam kesulitan ekonomi. Ironi ini bukan semata karena kurangnya potensi, tapi karena lemahnya kebijakan ekonomi dan dugaan penyimpangan anggaran yang seolah telah menjadi penyakit kronis di tubuh pemerintahan daerah.
Razali, tokoh masyarakat yang akrab disapa Nyakli Maop, menyampaikan kekecewaannya atas kondisi Aceh yang tak kunjung maju meski dana dan potensi alam tersedia. Ia menilai kebijakan ekonomi daerah selama ini lebih banyak menguntungkan segelintir elit daripada memberdayakan rakyat.
“Setiap tahun anggaran digelontorkan miliaran rupiah atas nama pembangunan. Tapi mana hasilnya? Industri tak berkembang, lapangan kerja tak tercipta. Rakyat tetap jadi korban dari sistem yang hanya pandai menghabiskan uang,” tegas Razali dengan nada geram.
Ia juga menyoroti ketergantungan Aceh terhadap pasokan dari luar daerah — mulai dari bahan bangunan, alat perkantoran, hingga kebutuhan sekolah. Kondisi ini memperlihatkan betapa lemahnya visi ekonomi pemerintah dalam membangun kemandirian daerah.
"Kalau semua dibeli dari luar, artinya uang rakyat hanya mutar di luar Aceh. Ini bukan kebijakan ekonomi, tapi kebocoran sistematis,” ujarnya tajam.
Menurut Razali, Aceh seharusnya mampu berdiri di atas kekayaannya sendiri. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: sumber daya alam dibiarkan dieksploitasi tanpa pengawasan ketat, sementara anggaran publik diduga diserap untuk kepentingan politik dan proyek-proyek tanpa manfaat riil bagi rakyat.
"Selama anggaran dijadikan bancakan dan bukan alat kesejahteraan, rakyat Aceh akan terus miskin di tengah kekayaan,” sindirnya pedas.
Razali mendesak agar pemerintah provinsi dan lembaga pengawasan segera meninjau ulang arah kebijakan ekonomi Aceh. Ia juga meminta aparat penegak hukum untuk lebih serius menelusuri indikasi korupsi dalam pengelolaan dana pembangunan daerah.
“Rakyat Aceh sudah cukup sabar. Sekarang waktunya penegak hukum turun tangan. Jangan tunggu sampai rakyat kehilangan kepercayaan sepenuhnya,” pungkasnya.
Reporter: Syaiful Laki
Editor: Zulkarnain Idrus
Komentar0