
Di atas kertas, struktur tim terlihat megah. Kapolri bertindak sebagai pelindung, Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo sebagai penasihat, sementara jabatan ketua dipegang Komjen Chryshnanda Dwilaksana, didampingi Irjen Herry Rudolf Nahak sebagai wakil, dan Brigjen Susilo Teguh Raharjo sebagai sekretaris.
Namun publik bertanya-tanya: apakah reformasi Polri ini akan berbeda dari sekian banyak janji manis reformasi sebelumnya yang berakhir tanpa hasil?
Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko menyebut tim ini sebagai wujud akuntabilitas Polri dalam mengelola transformasi kelembagaan. Tetapi pengalaman masa lalu menunjukkan, jargon akuntabilitas kerap hanya berhenti di ruang konferensi pers, sementara di lapangan rakyat masih menyaksikan pungli, penyalahgunaan kewenangan, hingga praktik diskriminatif hukum.
Isu pembentukan tim reformasi kian menguat setelah Presiden Prabowo Subianto secara tegas meminta evaluasi menyeluruh terhadap Polri. Bahkan Presiden melantik Komjen (Purn) Ahmad Dofiri sebagai penasihat khusus di bidang reformasi kepolisian, serta menyiapkan Komite Reformasi Kepolisian yang tengah disusun pemerintah.
Langkah Presiden ini terbaca jelas: pemerintah mulai kehilangan kesabaran terhadap gaya lama kepolisian yang lamban berubah. Sorotan publik terhadap praktik-praktik kontroversial aparat semakin tajam, mulai dari kasus pelanggaran HAM, keterlibatan dalam bisnis ilegal, hingga gaya hidup mewah yang merusak citra institusi.
Menurut Dodi Chandra, Ketua Fast Respon Indonesia Center (FRIC) DPW Jambi, dukungan publik bukan berarti cek kosong:
“Semua pihak sangat mencintai Kepolisian, tapi cinta itu menuntut perubahan. Polri harus benar-benar menegakkan Presisi, bukan sekadar slogan demi menyenangkan telinga rakyat.”
Kini, pembentukan Tim Reformasi Polri ibarat pisau bermata dua: bisa menjadi tonggak sejarah perubahan, atau justru hanya simbol kosmetik untuk meredam tekanan publik.
Sejarah menunggu jawabannya—apakah Kapolri berani melawan arus status quo di tubuh Polri, atau justru terseret dalam kubangan lama yang penuh kompromi?
(Fahmi Hendri)
Redaksi: BahriNetwork.com
Komentar0