
BahriNetwork.com – Sumatera Utara | Pelanggaran lalu lintas bukan lagi sekadar masalah, tapi sudah menjadi penyakit kronis di jalan raya Indonesia. Dari kota besar sampai pelosok desa, pengendara seolah kebal hukum, aturan hanya jadi hiasan tanpa makna.
Kesadaran Nol, Emosi Tinggi
Budaya berkendara masyarakat masih memprihatinkan. Toleransi antar pengguna jalan rendah, etika nyaris hilang, dan emosi gampang meledak. Ironisnya, kepatuhan hanya muncul ketika ada polisi. Begitu aparat tak tampak, aturan langsung diinjak.
Lebih kejam lagi, banyak pengendara cuek dengan keselamatan orang lain. Jalan raya dianggap milik pribadi, padahal itu ruang bersama yang mempertaruhkan nyawa banyak orang.
SIM Tembak, Pengetahuan Nihil
Faktor lain yang makin memperparah: maraknya SIM tembak. Pengendara yang memperoleh SIM tanpa prosedur resmi otomatis buta aturan. Marka, rambu, hingga tata cara berkendara dilanggar tanpa rasa bersalah.

Aparat Lemah, Tilang Tak Bertaring
Pelanggaran makin subur karena aparat hukum tak tegas. Denda tilang kecil, penindakan setengah hati, membuat pelanggar semakin berani. Hukum lalu lintas kehilangan wibawa di mata masyarakat.
Jalan Raya: Arena Kematian
Selama perilaku ugal-ugalan, SIM abal-abal, dan aparat tumpul, maka jalan raya akan terus menjadi arena kematian. Kecelakaan demi kecelakaan hanya menunggu waktu, dan korban baru akan terus berjatuhan.
BahriNetwork.com menegaskan: pelanggaran lalu lintas bukan sekadar pelanggaran, tapi kejahatan yang membunuh perlahan di jalan raya!
Reporter: Mhd. Zulfahri Tanjung
Redaksi: BahriNetwork.com
Komentar0