
Langsa Lama | BahriNetwork.com – Dunia pers di Kota Langsa kembali diguncang skandal. Seorang oknum jurnalis berinisial “H” disinyalir bertindak di luar etika jurnalistik dengan modus konfirmasi dana desa, namun berujung pada dugaan permintaan uang receh kepada perangkat Desa Meurandeh Tengah, Kecamatan Langsa Lama.
Awalnya, “H” menyoroti kondisi badan jalan aspal gampong yang rusak dan berlubang. Padahal, itu bukan tanggung jawab perangkat desa, melainkan ranah Dinas PUPR Pemko Langsa. Namun, isu tersebut dijadikan amunisi untuk menyudutkan perangkat desa lewat pemberitaan miring di beberapa media online.
Tak berhenti di situ, setelah menghantam dengan berita tendensius, oknum ini justru balik membuat “hak jawab” di medianya sendiri. Dalam narasinya, ia menyeret nama insan pers lain bahkan mendesak Wali Kota Langsa, Jefri Sentana S Putra SE, agar berhati-hati dalam memilih PJ Geuchik. Sikap kontradiktif ini menimbulkan dugaan kuat bahwa yang bersangkutan sebenarnya sedang uring-uringan lantaran tidak mendapat hasil dari aksinya.
Perangkat Desa Meurandeh Tengah dengan tegas membantah tudingan itu. Mereka menyebutkan, urusan jalan aspal dan lahan pembibitan pertanian sama sekali bukan wewenang perangkat desa yang sekarang menjabat, melainkan peninggalan dari perangkat sebelumnya serta menjadi tanggung jawab dinas teknis terkait.

Lebih parahnya lagi, bukti percakapan WhatsApp antara “H” dan perangkat desa memperlihatkan adanya pola gertakan. Dalam chat tertanggal 29 September 2025 pukul 18.12 WIB, “H” menulis:
“Mohon izin pak, kalau bisa infrastruktur jalan ditambal agar mencegah kecelakaan pengguna jalan. Tks. Apa ni pak, kapan saya gertak pak PJ? Mohon diangkat teleponnya biar ada penjelasannya pak.”
Pesan ini dianggap sebagai bukti nyata bahwa yang dilakukan oknum jurnalis tersebut bukanlah konfirmasi murni, melainkan manuver untuk menekan pihak desa.
Pemerhati publik di Langsa menilai tindakan itu telah melanggar kode etik jurnalistik dan mencoreng marwah pers. “Pers itu kontrol sosial, bukan alat gertakan. Kalau ujung-ujungnya rupiah, ini jelas pemerasan berkedok jurnalis,” tegas salah satu aktivis.
Kasus ini memperlihatkan wajah buram sebagian oknum jurnalis yang lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang menyajikan fakta objektif untuk publik. Sorotan pun mengarah pada dugaan penyalahgunaan profesi yang seharusnya menjadi pilar demokrasi, bukan alat tekanan untuk mencari keuntungan pribadi.
BahriNetwork.com | Pasukan Ghoib/Jihandak Belang/Team PSP Aceh)
Editor: ZoelIdrus
Komentar0